1 negara, 2 agama dan 3 gambar yang berbicara
Banan
Jum'at, 21 Rajab 1434 H / 31 Mei 2013 11:00
Foto di sebelah kiri menunjukkan Gereja St Mary di Cable
Street, sementara foto di sebelah kanan menunjukkan jamaah Muslim tengah sholat
Jumat di luar sebuah masjid di dekatnya di Spitalfields, keduanya terletak di
London Timur
Guy Walters adalah seorang penulis yang telah menulis beberapa buku dan
aktif menulis di beberapa surat
kabar di Inggris. Dalam sebuah kesempatan pada Kamis (30/5/2013), seperti
dilansir Daily Mail, dia mengungkapkan sebuah pernyataan mengenai perbandingan
jemaat gereja dan jamaah Muslim di London. Berikut ulasannya.
Sisihkan fakta bahwa Ratu kami adalah Pembela Kristen. Abaikan 26 uskup
Gereja Inggris yang duduk di
House of Lords.
Jangan lihat Sensus tahun 2011 yang menyatakan bahwa 33.200.000 orang di
Inggris dan Wales
menyatakan diri mereka sebagai orang Kristen.
Karena jika Anda ingin wawasan yang lebih akurat mengenai agama di Inggris
saat ini, lihatlah melalui gambar-gambar yang lebih mengungkapkan realita dalam
survei ini.
Apa yang ditunjukkan oleh gambar-gambar ini adalah tiga ibadah yang
dilakukan di East End London dengan jarak beberapa ratus meter antara satu
dengan yang lainnya pada akhir bulan lalu.
Dua foto menunjukkan kebaktian pada Ahad pagi di gereja St George di timur
Cannon Street Road, dan gereja St
Mary di Cable Street.
Gambar ketiga menunjukkan jamaah yang berkumpul untuk sholat Jumat di luar
masjid terdekat di Brune Street Estate di Spitalfields.
Perbedaan dalam jumlah terlihat begitu dramatis. Di St George, sekitar 12
orang telah berkumpul untuk merayakan Komuni Kudus.
Bangku-bangku di St George yang dipadati pada abad
ke-18, saat ini hanya dihadiri 12 orang
Ketika dibangun pada awal abad ke-18, gereja itu dirancang untuk menampung
1.230 jemaat.
Begitu juga dengan St Mary yang dibuka pada bulan Oktober 1849. Gereja itu
diharapkan bisa melayani 1.000 jemaat. Saat ini, seperti yang ditunjukkan pada
gambar, jemaatnya hanya berjumlah 20 orang.
St Mary yang dibangun untuk menampung 1.000 orang, saat ini jumlah jemaatnya
hanya sekitar 20 orang
Sementara dua gereja hampir kosong, Masjid Brune Street Estate justru
menghadapi “masalah” yang berbeda – yaitu terlalu penuh.
Masjid itu sendiri tidak lebih dari sebuah ruangan kecil [mushala] sewaan di
pusat komunitas tersebut, dan hanya dapat menampung 100 jamaah.
Namun, pada hari Jumat, angka tersebut membengkak menjadi tiga sampai empat
kali kapasitas ruangan, sehingga jamaah tumpah keluar sampai ke jalan, di mana
jumlah mereka bisa memenuhi tempat yang ukurannya hampir sama dengan ruangan
yang nyaris kosong di St Mary.
Hal ini menunjukkan bahwa, saat ini, kekristenan di negara ini akan menjadi
agama masa lalu, dan Islam adalah masa depan.
Dalam sepuluh tahun terakhir, telah terjadi penurunan jumlah orang di
Inggris dan Wales
yang mengaku sebagai Kristen, dari 71,7 persen menjadi 59,3 persen dari jumlah
populasi.
Pada periode yang sama jumlah Muslim di Inggris dan Wales telah meningkat
dari 3 persen jumlah populasi menjadi 4,8 persen – 2,7 juta orang.
Setengah dari Muslim Inggris berusia di bawah 25 tahun, sementara hampir
seperempat dari orang Kristen di sana mendekati dekade kedelapan mereka.
Diperkirakan hanya dalam waktu 20 tahun, Muslim akan lebih aktif di negara
ini – di mana bahkan setengah abad lalu hal ini benar-benar tak terpikirkan.
Banyak yang akan menyimpulkan dengan berat hati bahwa Kekristenan tengah
menghadapi penurunan permanen di Inggris. Gereja-gereja yang berabad-abad
digunakan ketika ajaran Kristus berkuasa, kini semakin kosong.
Masjid kecil di Brune Street Estate, Spitalfields,
hanya dapat menampung 100 orang, sehingga masyarakat Muslim setempat memadati
jalan untuk shalat Jumat
Pada hari Minggu, 1 Oktober 1738, St George digunakan dua kali dalam sehari
untuk mendengarkan penginjil John Wesley, yang kemudian berkhotbah di gereja
itu untuk pekan berikutnya.
Hari ini, tidak ada John Wesley yang bisa membuat bangku gereja dipenuhi jemaat.
Pihak gereja sudah berusaha melakukan yang terbaik, misalnya menawarkan
kegiatan ‘Hot Potato Sunday’ bulanan.
Canon Michael Ainsworth dari St George mengatakan: “Saat ini bukan hanya
soal jumlah. Ini tentang menjaga keyakinan dan tetap menjadi bagian dari
komunitas kota.”
Sementara itu di St Mary, Rev Peter McGeary tidak bisa menjelaskan mengapa
jumlah jemaat sangat rendah, “Tidak bisa dijelaskan, ada begitu banyak faktor.”
Ketika dia ditanya apakah dia mencoba untuk meningkatkan jumlah jemaat, dia
hanya menjawab: “Kami bukan perusahaan, kami adalah sebuah gereja.”
Sebaliknya, tampaknya ada energi yang luar biasa melekat pada masjid di
Brune Street, yang telah digambarkan sebagai ‘Mekah-nya kota itu’.
Di sini, baik cerah ataupun turun hujan, anggota komunitas Bangladesh
melakukan shalat Jumat di bawah langit terbuka.
Sayangnya, tidak demikian dengan dua gereja di dekatnya.
Suatu hari, dalam beberapa dekade, St George mungkin akan dipenuhi dengan
jamaah lagi – tetapi mereka bukanlah orang Kristen. (banan/
arrahmah.com)